Rumah Adat Jawa Barat Lengkap Dengan Gambarnya

5/5 (1)

Rumah Adat Jawa Barat : Gambar dan Penjelasannya – Indonesia adalah sebuah negara yang terkenal dengan keragaman budayanya. Bahkan ini dari Sabang sampai Merauke, kita tahu bahwa di setiap daerahnya memiliki kebudayaan yang unik-unik. Salah satunya dapat kita lihat dalam bentuk rumah adatnya. Seperti yang sudah kalian pernah pelajari saat di masa pendidikan sekolah, tentu kalian sudah tau bahwa dalam satu provinsi saja bisa memiliki bermacam-macam rumah adat yang berbeda-beda, seperti rumah juga halnya dengan rumah adat Jawa Barat.

Rumah Adat Jawa Barat

Jika kita amati dengan seksama bahwa semua model rumah adat yang ada di Jawa Barat nampak sekilas tampak mirip. Namun, semuanya ini memiliki ciri khas dan maknanya masing-masing sesuai dengan adat masyarakat setempat. Penasaran seperti apa keunikannya? Yuk, langsung saja simak ulasan lima desain rumah adat yang ada di Jawa Barat berikut ini!

Jawa Barat atau bisa lebih dikenal oleh warga sekutar dengan sebutan bumi Pasundan merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia, letaknya tepat di bagian barat dari Pulau Jawa. Jika kita bandingkan dengan wilayah lain di Pulau Jawa, maka provinsi Jawa Barat ini memiliki kebudayaan tersendiri yang lebih didominasi oleh suku Sunda.

Jadi, tanah Sunda dikenal banyak orang dengan tanah yang sangat indah, subur, dan makmur. Selain itu masyarakat suku Sunda juga terkenal ramah, sopan, dan optimis. Hal inilah yang menjadikan simbol kepribadian dari orang Jawa Barat tersebut, hal ini juga tercerminkan melalui ragam budayanya, salah satunya yaitu rumah adat.

Keunikan Rumah Adat Jawa Barat

Provinsi Jawa Barat memiliki beberapa jenis rumah adat tradisional. Bahkan dari proses awal pembuatan, bentuk maupun warnanya juga memiliki filosofi tersendiri. Berikut ini ada beberapa jenis rumah tradisional yang berasal dari Jawa Barat adalah Imah Badak Heuay, Imah Julang Ngapak, Rumah Togog Anjing, Imah Parahu Kumureb, Imah Jolopong, Imah Capit Gunting, Rumah Adat Kasepuhan, dan Saung Ranggon.

Nah, untuk menambah wawasan para pembaca dan generasi bangsa, maka dalam hal ini akan saya uraikan secara garis besarnya berikut ini!

1# Rumah Imah Badak Heuay

Rumah Imah Badak Heuay

Bagi kalian warga Jawa Barat tentu sudah tidak asing lagi dengan rumah yang satu ini. Nama rumah adat Jawa Barat ini bernama Imah Badak Heuay, yakni dalam arti bahasa setempat adalah badak menguap. Ada sebuah alasan tersendiri dalam pemberian nama pada rumah adat Jawa Barat yang satu ini, tentu ini tidak sembarangan. Nama tersebut digunakan karena pada bagian atap pada rumah adat Jawa Barat yang satu ini memang tampak seperti badak, sedangkan untuk bagian depannya nampak seperti mulut badak yang sedang menguap.

Selain atapnya yang menyerupai binatang Badak, ada juga sebuah atap kecil pada rumah adat Jawa Barat yang satu ini berfungsi untuk melindungi area teras di depan rumah. Dengan adanya Teras yang lengkap dengan kursinya ini biasanya digunakan untuk menerima para tamu seorang laki-laki. Rumah adat Jawa Barat seperti ini banyak ditemui di daerah Sukabumi. Bahkan masyarakat modern yang baru membangun rumah pun tetap menggunakan bentuk atap dari rumah adat Jawa Barat Imah Badak Heuay, karena hal ini sebagai bentuk pelestarian budaya.

Jadi untuk desain rumah adat ini sebenarnya agak menyerupai rumah adat Tagog Anjing. Namun ada ciri khas dari rumah ini yaitu terletak pada bagian atapnya. Bagian atap belakang yang melewati tepian seolah-olah benar menggambarkan seekor badak yang menguap.

Jadi buat kalian yang penasaran ingin melihat langsung bentuk rumah adat ini maka dapat mengunjungi rumah adat Bada Heuay ini yang masih banyak ditemui di kawasan Sukabumi, Jawa Barat. Bahkan masyarakat kini terutama daerah pedesaan masih menggunakan model rumah adat ini sebagai hunian. Arti salah satu rumah adat Jawa Barat ini sangat unik, yaitu ‘badak yang sedang menguap’. Dinamakan demikian karena bentuk atap bagian belakang hingga tepiannya menyerupai badak yang sedang menguap. Gaya arsitektur Imah Badak Heuay hampir sama dengan Rumah Togog Anjing.

Rumah ini masih bisa ditemukan hingga kini di kota Sukabumi, terutama di kawasan pedesaan. Bahkan tidak sedikit dari Imah Badak Heuay yang masih berdiri kokoh dan terawat dengan sangat baik. Sebab banyak rumah tradisional ini masih difungsikan sebagai tempat tinggal oleh warga Sukabumi.

2# Rumah Togog Anjing

Rumah Togog Anjing

Rumah adat Jawa Barat berikutnya adalah Rumah Togog Anjing. Sama seperti Imah Badak Heuay, penamaan pada rumah adat Jawa Barat ini digunakan karena desain atap utamanya menyerupai anjing yang sedang duduk. Sementara itu, atap tambahannya terhubung dengan atap utama dan meneduhkan bagian depan rumah. Atap tambahan pada rumah adat Jawa Barat ini dikenal sebagai sorondoy.

Rumah Togog Anjing ini berada di kawasan Garut. Meskipun termasuk rumah adat, masyarakat modern tidak segan untuk menggunakan desain rumah adat Jawa Barat ini. Beberapa bangunan yang mengadaptasi desain rumah adat Jawa Barat ini adalah bungalow, hotel, dan tempat menginap lainnya di tempat wisata. Sama halnya dengan rumah adat Badak Heuay, rumah adat Togog Anjing dinamai demikian karena desainnya menyerupai bentuk anjing duduk.

Ciri khas rumah adat ini yaitu bentuk atapnya yang terdiri dari dua sisi menyatu membentuk segitiga. Sedangkan bagian depan atap rumah ini menyambung menjadi satu mengarah ke depan. Sambungan ini dikenal dengan sebutan soronday. Fungsi dari atap soronday ini yaitu sebagai peneduh teras bagian depan.

Desain rumah seperti ini merupakan ciri khas rumah masyarakat Garut. Desain atap dari rumah Togog Anjing ini memberi kesan klasik dan sederhana sekali. Desain Rumah Tagog Anjing mungkin sangat familiar bagi kita, karena sering digunakan untuk desain gazebo atau bungalow di hotel dan penginapan lainnya di kawasan Jawa Barat maupun kawasan lain di Indonesia. Rumah Tagog Anjing dalam bahasa Indonesia mempunyai arti ‘seekor anjing yang sedang duduk’.

Atapnya terdiri dari 2 bagian yang menyatu dan berbentuk segitiga. Pada bagian depan dilengkapi dengan atap lain yang menyatu dengan atap di atas bangunan. Atap yang menyambung ini disebut sebagai Soronday. Fungsinya untuk melindungi teras rumah, sehingga terkesan lebih sejuk.

3# Rumah Imah Julang Ngapak

Rumah Imah Julang Ngapak

Rumah adat Jawa Barat Imah Julang Ngapak memiliki atap yang terinspirasi dari burung, di mana bentuknya menyerupai burung yang sedang mengepakkan sayapnya. Bagian atas pada rumah adat Jawa Barat ini berbentuk segitiga dan bagian bawahnya melebar. Sementara itu, pada kedua sudut atap terdapat cagak gunting untuk mencegah rembesan air hujan.

Pada zaman dahulu, rumah adat Jawa Barat ini dilapisi ijuk dari rumbia atau alang-alang. Meskipun lapisannya hanya dari dedaunan, rumah adat Jawa Barat ini tidak mudah mengalami kebocoran. Namun, pada masa modern ini, atap rumah adat Jawa Barat ini ada yang dilapisi dengan material kayu. Rumah adat Jawa Barat Imah Julang Ngapak bisa kamu temui di daerah Tasikmalaya.

Rumah adat Julang Ngapak mempunyai makna sebagai burung yang sedang mengepakkan sayap. Hal ini lantaran bentuk rumah adat ini mempunyai desain atap yang tampak melebar pada setiap sisinya sehingga menyerupai kepakan sayap burung. Biasanya pada bagian atap terdapat cagak gunting (capit hurang) pada bagian bubungannya.

Bahan dasar atap rumah adat ini berasal dari ijuk, bahan rumbia atau alang-alang. Keseluruhan bahan tersebut diikat menjadi satu dengan kerangka atap bambu. Meskipun terbuat dari bahan rumbia, atap rumah ini mempunyai hasil yang bagus dan tidak bocor ketika hujan. Desain rumah adat ini banyak ditemukan didaerah Tasikmalaya, Jawa Barat. Bahkan bangunan di gedung-gedung ITB (Institut Teknologi Bandung) sendiri menggunakan desain atap model ini.

Imah Julang Ngapak dalam bahasa Indonesia berarti ‘burung yang sedang mengepakkan sayapnya’. Dinamakan demikian karena bentuk atapnya menyerupai burung yang sedang mengepakkan sayap. Lebih tepatnya atap rumah tradisional ini berbentuk melebar di sisi kanan dan kiri. Pada bagian puncak atap terdapat kayu yang berbentuk V. Sehingga secara keseluruhan tampak seperti burung yang mengepakkan sayap.

Bagian atap terbuat dari ijuk tanaman rumbia atau alang-alang. Ijuk kemudian diikat dengan kerangka atap bambu. Meski terbuat dari ijuk, namun atap Imah Julang Ngapak sangat kuat dan tidak mudah bocor. Sementara pada bagian kerangka rumahnya yang disebut dengan bubungan, terdapat tiang penyangga yang dinamakan dengan Cagak Gunting atau Capit Hurang.

4# Rumah Imah Jolopong

Rumah Imah Jolopong

Di antara rumah adat Jawa Barat lainnya, Imah Jolopong bisa dikatakan memiliki atap yang paling sederhana, di mana bentuknya berupa segitiga sama kaki. Di depan rumah adat Jawa Barat ini ada area untuk bersantai atau menerima tamu.

Bagian dalam pada rumah adat Jawa Barat ini tidak memiliki banyak penyekat ruangan. Penggunaan material yang minim membuat biaya pembangunan rumah adat Jawa Barat ini menjadi lebih murah. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa masih ada banyak orang yang membangun rumah adat Jawa Barat Imah Jolopong. Selain untuk hunian, desain rumah adat Jawa Barat ini juga kerap diadaptasi untuk gedung pemerintahan, lho!

Rumah adat Jolopong termasuk rumah adat yang hingga saat ini masih sangat populer di masyarakat Jawa Barat. Sesuai dengan namanya, jolopong, rumah ini mempunyai arti “terkulai”. Bentuk atap rumah adat ini memiliki bentuk yang hampir terlihat tergolek lurus. Dengan desain atap yang sederhana, rumah ini banyak diminati karena pengerjaannya yang mudah dan tentu saja bisa menghemat material bangunan.

Pada bagian atap terdapat dua bagian dengan kedua ujung membentuk segitiga sama kaki. Rumah adat Jolopong lebih dikenal masyarakat dengan istilah suhunan. Keberadaan rumah adat ini paling banyak ditemukan di daerah Garut, Jawa Barat.

5# Rumah Imah Perahu Kumureb

Rumah Imah Perahu Kumureb
Rumah Imah Perahu Kumureb

Rumah adat Jawa Barat yang satu ini juga sering disebut sebagai Imah Perahu Tengkurep. Pasalnya, atap rumah adat Jawa Barat ini bagaikan perahu yang terbalik dengan desain atap berbentuk limas. Material utama rumah adat Jawa Barat ini adalah kayu, sedangkan atapnya dibuat dari ijuk.

Sayangnya, jika dibandingkan dengan rumah adat Jawa Barat lainnya, Imah Perahu Kumureb adalah yang paling kurang diminati oleh masyarakat modern. Alasannya karena rumah adat Jawa Barat ini tidak memiliki desain yang sempurna untuk menahan air hujan. Dengan demikian, kasus kebocoran atap pun sering bermunculan. Ditambah lagi, curah hujan di Jawa Barat tergolong cukup tinggi. Meskipun demikian, kamu masih bisa menemukan beberapa rumah adat Jawa Barat Imah Perahu Kumureb di kawasan Ciamis.

Rumah adat Imah Parahu Kumureb dikenal juga dengan nama Perahu Tengkurep. Hal ini dikarenakan bentuk desain rumah ini seolah menyerupai perahu terbalik. Desain rumah ini terdiri dari empat bagian utama. Bagian depan dan belakang rumah ini membentuk trapesium. Lalu bagian sisi kanan dan kiri rumah membentuk segitiga sama sisi.

Masyarakat Sunda jarang menerapkan desain rumah adat ini karena bagian atap yang banyak sambungan menyebabkan bocor saat hujan. Meski demikian, beberapa masyarakat daerah Ciamis masih banyak yang menggunakan desain rumah adat ini.

6# Rumah Imah Capit Gunting

Rumah Imah Capit Gunting

Nama Capit Gunting berasal dari kata Capit yang bermakna mengambil barang dengan cara dijepit, dan Gunting yang berarti pisau yang berbentuk menyilang. Sesuai dengan namanya, hal unik dari rumah ini adalah pada atap depan dan belakang bagian atas dari rumah ini terbuat dari bambu menyilang ke atas sebagaimana bentuk gunting. Rumah adat Capit Gunting merupakan satu nama susuhan (bentuk atap) rumah adat suku Sunda pada zaman dahulu. Istilah susuhan bermakna sama dengan undagi yang berarti tata arsitektur.

Bentuk rumah Capit Gunting hingga kini bisa ditemui di beberapa daerah di Tasikmalaya, Jawa Barat. Nama rumah adat Imah Capit Gunting bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia, yaitu “capit” berarti mengambil barang dengan cara dijepit. Sementara “gunting” berarti pisau yang menyilang. Rumah Capit Gunting telah digunakan masyarakat Sunda sejak jaman dahulu kala.

Bentuk atapnya disebut sebagai Susuhunan dengan bentuk sangat khas. Bagian atap ujung depan dan belakang rumah terbuat dari kayu. Kayu ini dibentuk menyilang keatas, sehingga menyerupai bentuk gunting.

7# Rumah Adat Kasepuhan

Rumah Adat Kasepuhan

Rumah adat Kasepuhan ini lebih terkenal dengan Keraton Kasepuhan. Untuk rumah adat Jawa Barat yang satu ini berbentuk keraton. Keraton ini didirikan oleh Pangeran Cakrabuana pada tahun 1529. Beliau ini putra Prabu Siliwangi yang berasal dari Kerajaan Padjajaran. Keraton ini merupakan perluasan Keraton Pakungwati yang sudah ada sebelumnya. Beberapa bagian yang terdapat dalam Keraton Kasepuhan:

a. Pintu Gerbang Utama

Terdapat dua buah pintu gerbang yang pertama letaknya di sebelah selatan sedangkan yang kedua di sebelah utara kompleks. Yang sebelah selatan dinamakan LawangSanga (pintu sembilan). Sedangkan yang gerbang utara dinamakan Kreteg Pangrawit (berupa jembatan).

b. Bangunan Pancaratna

Fungsi utama dari bangunan Pancaratna ini adalah sebagai tempat seba (tempat menghadap) pembesar desa atau kampung. Paseban ini nantinya akan diterima oleh seorang Demang atau Wedana. Letak bangunan ini disebelah kiri depan kompleks dengan arah barat.

c. Bangunan Pangrawit

Bangunan Pangrawit letaknya disebelah kiri depan kompleks dengan posisi menghadap kearah utara. Sedangkan nama Pancaniti sendiri berasal dua kata yaitu panca yang berarti jalan dan niti yang berarti raja (atasan). Fungsi utama bangunan ini sebagai tempat istirahat, tempat perwira melatih prajurit, dan sebagai tempat pengadilan.

8# Saung Ranggon

Saung Ranggon

Jenis rumah tradisional Jawa Barat yang terakhir berada di Kampung Cikedokan. Diperkirakan, Saung Ranggon dibangun oleh Pangeran Rangga, putra Pangeran Jayakarta pada sekitar abad ke-16. Pangeran Rangga mendatangi Kampung Cikedokan dan kemudian memutuskan menetap di daerah tersebut.

Saung Ranggon adalah bangunan adat yang digunakan untuk menunggu padi atau palawija lainnya saat akan panen. Karena itu, Saung Ranggon dibangun di tengah ladang. Bangunan saung dibuat tinggi, sekitar 3 sampai 4 meter untuk menghindari serangan hewan buas seperti babi hutan, harimau, dan hewan lainnya yang kala itu banyak berkeliaran. Luasnya sekitar 500 m2 dan menghadap ke arah selatan. Saung Ranggon berbentuk rumah terbuka tanpa sekat pemisah.

Akhir Kata

Nah, itulah pembahasan tentang Rumah Adat Jawa Barat : Gambar dan Penjelasannya yang dapat saya sajikan. Semoga dengan adanya ulasan ini dapat menambah wawasan bagi kita semua dan bisa menjadi referensi bagi teman-teman mahasiswa- dan pelajar yang ada di Indonesia.

Nilai Kualitas Konten

Tinggalkan komentar

error: Content is protected !!